
Namaku adalah Dina Latifah. Aku mempunyai suatu semangat untuk melalui kehidupan sehari-hari ku. Aku ingin menyelesaikan kuliahku sampai selesai. Itu semua aku lakukan untuk merubah status sosialku dan aku bisa mendapatkan pekerjaan yang aku impikan selama ini. Aku ingin menjadi seorang wanita carir yang sukses di bidangnya. Aku ingin membahagiakan kedua orang tua ku yang selama ini membiayai sekolahku hingga aku sampai SMA. Aku bersyukur memiliki kedua orang tuaku itu karena mereka sangat menyayangi anak-anaknya dan mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai SMA. Terutama aku bangga terhadap ayahku. Walau biaya sekolah harus Ia dapatkan dengan cara hutang. Dulu aku lahir dari keluarga yang sederhana bisa dibilang yah sangat pas-pasan. Ibu adalah seorang pedagang entah itu terkadang berjualan nasi, masakan,or gorengan yang Ia antar-antarkan pada warung-warung sedang kan ayahku adalah seorang tukang becak. Walau dia adalah seorang tukang becak tapi aku bangga padanya karena dengan usahanya yang keras akhirnya Ia mampu membiayai anak-anaknya sekolah sampai SMA. Kau tau, aku adalah anak yang paling kecil dari 8 bersaudara.
Kehidupan kami selalu kekurangan tak mustahil pada jaman dulu aku masih SD, ayahku selalu memberikan uang pada kami Cuma 300 perak untuk di belikan apa yang bisa membuat perut kami kenyang.
Aku ingat pada jaman itu urap adalah makanan yang murah dan bergizi karena dari sayur-sayuran. Aku dan kakakku selalu membeli urap untuk makan or kami pasti beli sayur lodeh 500 perak dan selalu di bagi rata dengan kakakku yang laen. Tangan pun Cuma memegang kerupuk yang dipotong separo.
Kehidupan keluargaku tampak berkecukupan setelah Ibuku kerja sebagai tukang masak di sebuah Pabrik tekstil di Pekalongan. Kehidupan kami berubah drastis. Tiap hari jumat, Ibuku selalu membawa uang banyak dan kami sebagai anaknya tentunya senang. Kami selalu dibelikan susu sapi tiap pagi, baju-baju yang bagus, perhiasan dan sepatu yang bagus pula tak lupa barang-barang elektronik pun selalu dibelinya. Saat aku sakit, ayahku langsung memeriksakan aku ke dokter n membelikan buah-buahan n roti-roti mahal, berbeda dengan kehidupanku yang dulu. Dulu saat aku sakit, aku Cuma dibelikan obat antibiotik di warung tanpa buah-buahan n roti mahal. Sedang ayahku hanya menyarankan agar aku makan karena dengan makan penyakit akan cepat hilang, begitulah beliau berkata n aku sebagai anaknya hanya menurut saja. Aku makan dengan seadanya yang penting perutku kenyang. Kini ayahku tidak lagi bekerja sebagai tukang becak, dia membantu ibuku mengurusi catering. Masakan Ibuku terkenal enak sehingga para karyawan Pabrik pun senang.
Namun kebahagian tak kan luput dari ujian, Ibuku tiba-tiba di pecat jadi tukang masak di Pabrik. Hal ini dikarenakan ada seorang karyawannya yang kurang suka terhadap kelancaran usaha ibuku. Mereka menggunakan magic supaya masakan Ibuku tidak seenak dulu. Ibuku pun beralih posisi menjadi tukang catering n ayahku kembali kerja sebagai tukang becak. Satu persatu perhiasan kami hilang karena di jual untuk kebutuhan hidup. Kami menjalani hidup yang demikian lagi namun hal ini tak membuat kami kaget karena kami memang sudah pernah menjalani kehidupan ini sebelumnya. Yah, bayar uang SPP pun menunggak lagi. Aku selalu beralasan n beralasan pada guru n menjajikan kapan SPP itu akan di bayar. Namun kerjaku hanyalah belajar, aku hanya ingin orang tuaku bangga kepadaku. Aku ingin menunjukan kalau “ Seorang anak tukang becak bisa berprestasi n tak mau kalah dengan anak-anak orang kaya yang selau les biar pintar “. Aku Cuma belajar dirumah n di penuhi buku-buku paket dari sekolah karena tak mungkin aku beli buku paket sendiri di luar karena untuk makan saja susah apalagi untuk membeli buku. Dari pada membeli benda mati mending membeli sesuatu yang bisa mengganjal perut kami. Ujian datang bertubi-tubi karena kakakku yang jadi anggota Marinir gugur dalam tugasnya. Padahal dia adalah kebanggaan kami ….. kami harus terima ujian ini. Sepeninggal kakakku itu, kami mendapatkan uang santunan yang jumlah nya tidaklah sedikit. Kami belikan motor n ditabung namun ujian datang lagi dari Nya, Kakakku yang kedua harus menjalani operasi sesar karena kandungannya. Lenyap sudah tabungan n 1 motor pun terpaksa di gadaikan. Belum lagi kakak iparku yang kurang ajar yang mencuri motor ayahku n menjualnya begitu saja. Dia langsung pergi meninggalkan kakakku yang baru saja melahirkan itu …
Ya Allah … apa salah keluargaku sehingga Kau beri cobaan yang berat ini…
And masuklah aku di SMP 3 dengan nem SD yang sangat memuaskan karena aku mendapatkan peringkat 2. Aku ingat aku pernah maju mendapatkan suatu penghargaan di SD karena penghargaan juara II nem tertinggi di kelas 6. Aku maju untuk mendapat kan hadiah itu tak lupa ayahku ada disampingku. Aku berhasil membuat ayahku bangga waktu itu.
Now aku di SMP, aku iri pada temanku yang punya sepeda baru untuk pergi kesekolah sedang akau hanya menaiki sepatu butut. Hmmmm, tak apalah yang penting masih bisa aku pakai. Waktu itu aku ada kegiatan ektra di skul, n tiba-tiba aku liat ayahku yang sedang menarik becaknya dengan seorang penumpang yang duduk di becaknya. Aku melihat beliau dengan keringat yang menunjukan usaha kerasnya mencari nafkah, Ayahku sepertinya malu n memalingkan wajahnya dari ku mungkin beliau nggak mau teman-temanku tau kalau aku adalah anak seorang tukang becak. Namun ayah, aku bukanlah seperti itu ….. aku menyayangimu n aku akui engkau di hadapan teman-temanku.
Aku langsung panggil ayahku n ayahku langsung menoleh kearahku dan tersenyum padaku. Semangatlah ayah !!!! teman-temanku bertanya padaku “ itu siapa din ????”, aku menjawab “ itu adalah ayahku “.
Di SMP pun aku juga sering menyabet penghargaan – penghargaan juara II KIR Remaja n Narkoba, juara II lomba cerdas cermat bahasa Indonesia, n aku juga mendapat juara paralel 1 kelas 2 n 3. Mungkin dengan begini aku bisa meringankan beban orang tuaku karena dengan mendapatkan penghargaan ini, sekolahku di bebaskan dari uang SPP apalagi aku juga mendapatkan beasiswa prestasi yang berlanjut sampai SMA.
N Akupun masuk di SMA favorit kota Pekalongan, aku kembali mendapat juara II nem di SMP ku. Waktu SMA pun aku mengurus-mengurus beasiswa prestasiku yang dari SMP karena masih berlanjut sampai SMA. Di SMA aku pun masih tetap saja belajar n belajar sampai-sampai aku juga di tunjuk untuk mengikuti olimpiade biologi sebanyak 2 kali namun aku gagal mendapatkan juara tapi walau bagaimanapun aku sudah berusaha. Aku mendapatkan rangking 3 besar di kelasku namun setelah aku masuk kelas 3 peringkat 3 besar tak mampu ku raih karena begitu ketatnya sainganku waktu itu.
Tapi nggak apalah yang penting aku masih mendapatkan rangking 6 besar di kelasku. Lulus SMA pun aku mendapatkan nilai yang memuaskan karena aku masuk di urutan 22 se SMA dengan nilai rata-rataku yang hampir 9.
Setelah lulus aku kerja selama 1 tahun n aku mengirimin uang pada orang tuaku yang ada di Pekalongan karena aku bekerja di Bekasi mengikuti jejak kakakku. Aku berpikir kalau aku seperti ini terus mungkin aku tidak akan maju akhirnya berkat semangat teman lelaki ku n diriku sendiri, finally aku masuk ke universitas namun tepatnya di STMIK n sampai sekarang aku kuliah mungkin 2 tahun lagi aku akan wisuda. Amien ……….
Semoga Engkau bisa mendengarkan segala doa ku Ya Allah ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar